siang terik ibu paruh baya itu berjalan tertatih-tatih, sambil menenteng 2 buah keranjang berisi beberapa macam makanan masak, terhenti di depan ku sambil berkata, "nak balilah kue amak ko, lah latiah amak nak, balilah agak saketek, untuk mambali bareh di amak nak, apak dak do lai do nak, lah sakik tangan amak nak mambaok karanjang ko dari aie pacah", ketika terucap kata, "apak dak do lai do nak", hatiku mulai terenyuh, terdiam sejenak, hampir air mata ku menetes, ku tahan sesak di dalam dada ini, ketika kata yang terucap meningatkan ku pada ayahku, yang sangat ku harapkan, bisa tetap hadir sampai suatu hari nanti ku akan jadi orang sukses, tapi harapan itu tak di izinkan tuhan mungkin rencana tuhan lebih baik untuk ku, dan ketika kata itu terucap teringat ibuku di kampung, pilu memang tapi itulah kenyataan yang kurasakan saat ini, terbayang olehku jika ibuku seperti keadaan ibu yang ku temui, tak tega rasanya. hmm :'( , tersentak dalam lamunanku, dan terucap kata,"tunggu dulu yo mak, kemudian ku kembali ke kontrakanku ku buka tas ku, ku raih uang lembaran lima ribu dua lembar, dan ku kembali temui ibu itu, sambil berkata,"yang iko bara mak", ibu itupun membalas,"iko tigo ribu ciek nak", sambil berfikir, sebenarnya ku tak tega ingin ku beri saja uang itu tanpa ingin mengambil kue ibu itu, tapi karena perasaan kurang enak akhirnya ku ambil saja satu kue jualan ibu itu sambil berkata,"ambiak se baliaknyo mak",. sedih memang ku lihat keadaan ibu itu, tapi yang namanya hidup memang keras, semoga di beri ketabahan dalam perjalanan hidupnya, amin..
cerita ini ku alami sendiri dan sedikit ku rubah dari versi aslinya, terimakasih telah membaca di blogku.
No comments:
Post a Comment